Kamis, 25 Agustus 2011

Benarkah Kita Merdeka ???


            Setiap tanggal 17 Agustus umat di Indonesia ini seringkali memperingati proklamasi kemerdekaan. Pada tahun ini hari proklamasi kemerdekaan bertepatan pula dengan hari diturunkannya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an). Sungguh tak terasa waktu ini mengalir begitu cepatnya. Kini kita telah merdeka selama 66 tahun lamanya, 66 tahun yang lalu bertepatan pada tanggal 9 Ramadhan 1364 H, negeri ini menghirup udara bebas dari bentuk cengkraman para kolonialis.  Saat ini kita telah bebas melakukan apapun tanpa adanya peluru yang mengejar-ngejar seperti saat 66 tahun yang lalu. Namun yang menjadi pertanyaannya Benarkah Kita Merdeka???
Kemerdekaan Semu
            Saat ini kita begitu gembira dengan datangnya tanggal 17 agustus. Disetiap sudut kota terlihat berbagai properti yang menunjukan betapa senangnya kita menyambut hari proklamasi. Namun yang patut kita pertanyakan apakah saat ini kita benar-benar merdeka?
            Seharusnya dengan usia merdeka 66 tahun ini barat umur manusia seharusnya ia sudah berusaha mandiri bahkan sudah memiliki penghasilan dari jerih payahnya sendiri namun apa yang terjadi dengan negeri ini? Dengan usia 66 tahun ini ternyata negeri yang kaya akan segala potensi sumberdaya alam baik itu minyak, gas, batubara, hutan, dll namun sayangnya fakta berbicara bahwa negeri ini belumjuga merdeka dari keterjajahan ekonomi, sosial, politik, pemikiran, hukum, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, dan keterbelakangan. Dalam bidang hukum misalnya, sekarang hukum ini dengan mudah diperjualbelikan sehingga hanya orang-orang yang ‘berduit’-lah yang bisa menjadi pemenangnya walaupun sebenarnya ia yang bersalah. Sungguh dalam bidang peradilan sekarang ini dengan sistem Sekular ternyata hanya melahirkan ‘markus-markus’ yang tidak bertanggung jawab, melahirkan hakim-hakim yang segala sesuatunya berorientasi ‘siapa yang punya uang ia yang menang’. Dalam bidang politik, kini partai-partai yang berjargon ‘pro-rakyat’ ternyata mereka hanya mendatangi rakyat setiap 5 tahun sekali. Pemilihan Presiden untuk periode berikutnya masih 3 tahun lagi tetapi sejumlah parpol sudah bersiap-siap mencari capres yang akan dijagokannya. Misalnya Partai Golkar  sudah bersiap-siap mencalonkan ketua umumnya, Aburizal Bakrie, sebagai capres yang akan diusung (detiknews.com,5/8) kemudian PKS melalui politisinya Zulkieflimansyah berancang-ancang menduetkan Menko Polhukam Joko Suyanto dan Pengusaha Trans Crop Chairul Tandjung sebagai pasangan capres-cawapres (detiknews.com,5/8), dan masih banyak yang lainnya.
            Lihatlah bagaimana sikap parpol-parpol yang hanya mementingkan syahwat kekuasaan bukan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Perubahan nasib rakyat yang seringkali diucapkan oleh penguasa-penguasa pada saat pemilu ternyata masih sangat jauh dari cita-cita yang diharapkan.
            Menurut data yang dilansir  Badan Pusat Statistik (BPS) dari 237 juta lebih penduduk negeri ini, masih terdapat 31,02 juta jiwa yang terkategori miskin yaitu  berpengeluaran <Rp 211.726,-/bulan atau Rp 7000/hari. Dengan kondisi saat ini apalagi menjelang Idul Fitri semua harga naik uang 7 rb diarasa tidak akan mencukupi kebutuhan hidupnya walaupun hanya satu hari.  Sungguh ironis, negeri yang katanya telah merdeka selama 66 tahun dengan sumberdaya alam yang begitu melimpah ruah hanya bisa menangis bagaikan ayam yang mati dilumbung padi ditambah lagi dengan berbagai macam problematika dari mulai rusaknya pergaulan anak-anak muda (pergaulan bebas, free sex, narkoba, tawuran, miras, judi, genk motor,dll), koruptor dari mulai jajaran RT, RW, desa, kelurahan, kecamatan, sampai tingkat pejabat-pejabat tinggi, hutang negeri ini yang kian hari kian menumpuk,dll.
            Dengan kondisi kemiskinan dinegeri ini tak jarang membuat sebagian orang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, sebagaimana yang dilansir oleh WHO pada tahun 2005, sekitar 50.000 orang Indonesia bunuh diri setiap tahun, atau 15.000 orang perhari (Kompas, 15/8). Dengan kondisi kekayaan alam yang melimpah ruah ini seharusnya bisa menyediakan berbagaimacam kebutuhan masyarakat termasuk lapangan kerja. Namun apa yang terjadi? Kini lapangan kerja kian sulit untuk dicari, angka pengangguran pun semakin hari semakin tinggi.  Menurut Kepala BPS Rusman Heriawan, angka pengangguran di Indonesia pada bulan Februari 2011 mencapai 8,1 juta orang atau 6,8% dari total angkatan kerja 119,4 juta orang (Rakyatmerdekaonline,6/5). Angka yang disebutkan oleh BPS ini belum termasuk pekerja yang berpenghasilan minm dan pekerja dengan jumlah jam kerja dibawah standar tidak dianggap sebagai pengangguran. LIPI mencatat jumlah orang yang menganggur yaitu bekerja kurang dari 35 jam perminggu pada tahun 2010 mencapai 32,8 juta orang. Pada tahun 2011 diperkirakan meningkat menjadi 34,32 juta orang.
            Menjelang lebaran, rakyat pun dihadapkan pada harga kebutuhan pokok yang merangkak naik, biaya pendidikan semakin mahal, biaya kesehatan yang semakin tinggi sebagai akibat dari kewenangan privatisasi yang diberikan oleh Pemerintah dalam bentuk Undang-Undang kepada kaum kapitalis, dll. Setiap 5 tahun sekali dengan diantinya ‘rezim’ yang berkuasa, rakyat berharap bisa terlepas dari belenggu kemiskinan dan ketidakadilan hanya bisa menggigit jari. APBN yang 80% bersumber dari pajak rakyat, justru sebagian besar dimakan oleh segelintir orang dan hanya sebagian kecil yang diterima oleh rakyat. Pasalnya, sebagian uang rakyat dirampok oleh para koruptor, sebagian untuk membayar utang (yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah benar uang hasil utang ini sampai ketangan rakyat?), dan bunga yang mencapai 20% dari APBN, dan sebagian lagi untuk membiayai kebijakan yang tidak pro-rakyat. Menurut data Kompas (15/8) belanja pegawai pusat dan daerah memakan porsi sangat besar, yakni sekitar 60% dari total APBN dan APBD, sementara untuk subsidi hanya 14% dan untuk belanja pembangunan hanya 12%.
            Dengan berbagaimacam fakta yang ditunjukan diatas, seharusnya membuat kita sadar bahwa sesungguhnya negeri ini masih terjajah baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, hukum, bidaya, pemikiran (yang diracuni oleh pemikiran-pemikiran sekular dan liberal), dll. Sistem Demokrasi yang diterapkan oleh negeri ini selama 66 tahun dengan jargon memperjuangkan kesejahteraan rakyat, ternyata bukan rakyat yang disejahterakan tetapi segelintir orang termasuk didalamnya para koruptor. Susungguhnya Sistem Sekuler Kapitalis Demokrasi ini hanyalah topeng yang digunakan oleh negeri-negeri kolonial untuk menjajah negeri ini. Dengan sistem Demokrasi ini melahirkan banyak UU dan kebijakan yang justru menyengsarakan rakyat. Sebagai contoh UU KHUP, UU SDA sangat liberal, UU Migas, UU Minerba, UU Kelistrikan, UU Pendidikan, UU Kesehatan, dan masih banyak lagi UU pesanan penjajah lainnya. Dengan UU itulah kekayaam alam yang melimpah ruah ini jatuh ketangan kapitalis dan penjajah. Contoh, 90% kekayaan migas (minyak dan gas), >75% tambang, >50% perbankan, dan sektor lainnya dikuasai oleh asing. Ditambah dengan difasilitasinya penjajah oleh UU hasil politik demokrasi. Pasal 8 ayat 3 UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal menyatakan, “Penanam modal diberi hak melakukan transfer dan repitriasi dalam valuta asing”, praktis tak ada yang tak boleh ditransfer ke negara asal., dan berbagaimacam UU lainnya yang juga produk demokrasi.
            Tentu semua ini tidak akan terjadi kalau tidak ada akar masalahnya. Akar masalahnya adalah akibat diadopsinya sistem kapitalisme demokrasi yang dengan terang-terangan menyengsarakan rakyat. Dengan sistem demokrasi inilah melahirkan pejabat-pejabat bermental korup dan dengan sistem inilah melahirkan berbagaimacam adzab yang Allah turunkan ke negeri ini sebagai akibat dari ditinggalkannya Al-Qur’an dan As-Sunnah yang ironisnya hal ini dilakukan oleh negeri yang bermayoritas kaum muslimin. Karena sistem kapitalisme demokrasi inilah mengakibatkan negeri ini masih dijajah dan selamanya akan terjajah, didera oleh keterpurukan, kemiskinan, dan kesempitan. Hal ini membuktikan bahwa telah hilang berkah Allah terhadap negeri yang kaya akan sumberdaya alam ini. Padahal didalam Al-Qur’an telah diperingatkan oleh Allah SWT dalam firmannya :
ô`tBur uÚtôãr& `tã ̍ò2ÏŒ ¨bÎ*sù ¼ã&s! Zpt±ŠÏètB %Z3Y|Ê ¼çnãà±øtwUur uQöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# 4yJôãr& ÇÊËÍÈ  
Artinya : “Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (QS. Thaha [20] : 124).
Terapkan Al-Qur’an dan As-Sunah
            Sungguh semua permasalahan yang sedang melanda negeri ini adalah akibat dari sombongnya manusia dengan mengingkari hukum-hukum Allah dan berpaling dari aturan-aturan Al-Qur’an dan as-Sunnah serta bepaling dari Sistem Islam. Sebaliknya, negeri ini malah menyerahkan peraturannya pada sistem sekuler demokrasi yang telah nyata membawa malapetaka dan adzab dari Allah SWT sehingga enyahlah semua berkah Allah terhadap negeri yang kaya ini. Allah SWT dengan tegas mengingatkan dalam firman-Nya :
tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. Ï÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉãÏ9 uÙ÷èt/ Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ  
Artinya : “telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum [30] : 41).
            Hanya dengan diterapkannya Al-Qur’an dan As-Sunnah lah yang mampu mengatasi semua problematika umat. Sungguh hanya Al-Qur’an lah sebagai hudan (petunjuk), bayyinat minal huda (penjelas atas petunjuk itu), dan furqan (pembeda antara yang haq dan bathil, antara yang benar dan salah, antara yang halal dan haram). Semua ini tidak lain adalah dengan diterapkannya hukum-hukum Islam yaitu Sistem Islam secara kaffah (totalitas). Dan tidak mungkin Sistem Islam diterapkan oleh Sistem Demokrasi yang fasad ini. Sistem Islam hanya bisa diterapkan dalam konstitusi Islam. Konstitusi Islam itulah yang bernama Daulah Khilafah Rasyidah. Hanya dengan Daulah Khilafah-lah yang mampu memberantas habis semua masalah yang ada dinegeri ini bahkan bisa menyelesaikan semua masalah di seluruh dunia ini. Hanya dengan Khilafah-lah niscaya rahmat Allah akan memancar diseluruh penjuru negeri sehingga mewujudkan kemerdekaan yang nyata untuk seluruh umat didunia ini. Wallau a’lam bi ash-shawab.

Semoga dapat menyadarkan kita semua !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kritikan dan saan yang Anda berikan