Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kawan-kawanku yang dimuliakan oleh Allah SWT. Pada kesempatan ini saya tidak akan memberikan statement apakah si A benar atau salah. Tetapi saya akan memberikan jalan terhadap qolbu kita apakah selama ini kita benar ataukah salah, karena yang bisa menilai adalah diri kita sendiri. Sungguh tak terasa waktu begitu cepatnya, kini bulan Ramadhan yang begitu agung yang segala amal kebaikan kita akan dilipatgandakan oleh Allah SWT kini tinggal menghitung hari akan segera meninggalkan kita semua. Mungkin sebagian orang bersuka cita karena sebentar lagi hari nan fitri datang menghampiri kita. Namun yang menjadi pertanyaan kita sekarang adalah apakah kita pantas meraih gelar taqwa dari Allah SWT sebagaimana tujuan dari diadakannya bulan Ramadhan ini? Sementara perbuatan kita selama bulan Ramadhan ini kita hanya melewatkannya dengan perbuatan-perbuatan yang sama sekali jauh dari taqorub ilallah.
Jujur memang benar kita sebagai manusia tak akan pernah lepas dari segala dosa dan kesalahan, namun yang kemudian patut kita pertanyakan sejauhmana usaha yang kita lakukan untuk mengurangi kesalahan kita? Tak sedikit dari kaula muda yang berfikiran, “oh kita kan masih muda, santai aja kali lagian masa hidup kita masih panjang ini. Santi aja bro, inget bro hidup ini cuman sekali, urusan tobat nanti aja masih lama ini.” Yang patut kemudaian menjadi pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah kita bisa menjamin bahwa kita masih diberikan umur panjang hingga kita bisa memohon ampun kepada Allah SWT. Jangan sampe kita mempunyai anggapan, wah statement kaya gini mah udah basi, setiap hari bahkan selama teraweh ustadz-ustadz pasti ngomongin yang kaya gini. Okelah mungkin pernyataan ini sering kita dengar diberbagai pengajian-pengajian . yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kalau toh kita sering mendengarnya mengapa kita tidak pernah mencoba diri kita untuk berubah?
Kawanku yang dimuliakan oleh Allah SWT. Sebenarnya semua permasalahan yang terjadi pasti terdapat akar masalahnya. Mengapa zaman sekarang ini sebagian besar kaula muda merasa ‘phobia’ dengan istilah ‘pengajian’? sehingga munculah kata-kata dibenak kaula muda seperti huuh kuno, kolot, cupu, ga gaul. Tak sedikit dari kaula muda ketika dia melihat ada akhwat yang berpenampilan tertutup ataupun ikhwan yang pake pakaian Islami dia menyebutnya kolot-lah, norak-lah, ga ngikutin jaman-lah, dll. Tentunya semua ini bermula dari pemahaman (persepsi/mafhum) yang ada didalam benak kaula muda. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani didalam kitab Nizhamul Islam bab 1 hal 7, “pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat mafahim (persepsi) terhadap segala sesuatu. Dengan demikian, apabila kita hendak mengubah tingkah laku manusia yang rendah menjadi luhur, maka tidak ada jalan lain kecuali harus mengubah mafhum-nya terlebih dahulu.” Hal ini disandarkan pula pada firman Allah SWT didalam Al-Qurán yaitu, “Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (TQS. Ar-Ra’d [13] : 11).
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah walaupun telah mendengar beratus-ratus kali bahwa kita kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT atas semua yang telah kita perbuat tetapi kita tidak memiliki sebuah kesadaran bahwa Allah SWT senantiasa menyaksikan kita Insya Allah selamanya ia tidak akan merasa bahwa ia telah berbuat salah karena ia tidak memiliki kesadaran akan keterikatannya pada Allah SWT. Menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Nizhamul Islam bab 6 hal 108 menyebutkan, “arti ruh adalah kesadaran manusia akan hubungannya dengan Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud menggabungkan ruh dengan materi adalah terwujudnya kesadaran akan hubungannya dengan Allah tatkala ia melakukan amal perbuatan. Dengan demikian manusia akan menyesuaikan setiap perbuatannya dengan perintah Allah dan larangan-Nya berdasarkan kesadaran akan hubungannya dengan Allah SWT.”
Kawanku yang dimuliakan oleh Allah SWT. Yang jadi pertanyaan kita selanjutnya adalah selain dari kesadaran lantas apa yang menyebabkan kaula muda sekarang ini jauh dari aturan Allah SWT? Jawabannya adalah karena racun pemikiran yang telah tertanam didalam benak kaula muda oleh pemikiran-pemikiran liberal orang-orang kafir yang telah merasuk kedalam pemikiran kaula muda muslim, diantaranya adalah sekularisme, liberalisme, demokrasi, hedonisme, pragmatisme, sosialisme,kapitalisme,dll yang ditanamkan kepada benak kaula muda semua dari mulai lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, bahkan keluarga. Pemikiran-pemikiran seperti itulah yang menghendaki memisahkan aturan agama dalam kehidupan, menganggap bahwa agama itu hanya digunakan untuk mengatur masalah-masalah seperti urusan shalat, zakat, naik haji, puasa, nikah, dan yang menyangkut ritual belaka. Sedangkan pada aturan yang mengatur mengenai hubungan manusia dengan manusia lainnya seperti dalam bidang pergaulan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dll mengangggap bahwa Islam tidak layak mengatur hal-hal tersebut. Inilah pemikiran-pemikiran sekuler yang ditanamkan kepada kawanku semua. Coba kita renungkan bersama setiap kita shalat pada doá iftitah yang sering kita ucapkan setiap kita shalat pada bacaan Innashalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillahirabbiláalamiin artinya sesungguhnya shalatku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah sekalian alam, kemudian kita sering mengucapkan kalimat syahadat bahwa kita bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Sungguh jelas dari doá Iftitah dan syahadat menunjukan bahwa kita telah berikrar kepada Allah akan mentaati Allah SWT dan mengikuti semua sunnah Rasulullah, tetapi apa yang kita lakukan sekarang ini kita justru mengingkari apa yang telah kita ucapkan setiap kali kita shalat. Sungguh hanya orang-orang munafiklah yang mengingkari apa yang telah kita ucapkan apalagi yang telah kita ikrarkan. Na’udzubillah.
Kawan-kawanku yang dimuliakan oleh Allah SWT. Pemikiran-pemikiran sekuler inilah yang harus bin wajib kita format dalam benak kepala kita. Coba kita renungkan salah satu ayat Al-Qurán, Allah SWT berfirman, “apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al-Maidah [5] : 50). Kawanku semua, tiada kemuliaan dunia dan akhirat selain Islam. Oleh karena itu, agar kita mendapatkan kemuliaan sekaligus rahmat dari Allah SWT tiada lain dan tiada bukan bahwa kita harus bin wajib bin kudu mentaati seluruh aturan yang telah Allah tetapkan dalam Al-Qurán yaitu Syari’at Islam. Penerapan syariát Islam haruslah secara totalitas bukan hanya dalam bidang-bidang tertentu tetapi harus secara keseluruhan sebagaimana yang telah Rasulullah contohkan yaitu dengan berdirinya Daulah Islam di Madinah. Dan sungguh syariát Islam tidak akan pernah tegak jika tidak ada Sistem Islam yang menjamin terhadap tegaknya syariát Islam. Dan Sistem Islam ini tidak akan pernah tegak dalam nuansa Sistem Sekuler Demokrasi saat ini, maka dibutuhkan sebuah konstitusi Islam. Maka pemenuhan konstitusi Islam ini hukumnya menjadi wajib sebagaimana yang terdapat didalam qaidah ushul fiqih menyebutkan, “maa layatimul wajiibu ila bihii fahuwa wajiib” yang artinya sesuatu perkara yang wajib tidak akan terlaksana tanpa adanya sesuatu, maka keberadaan sesuatu itu menjadi wajib. Konstitusi Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, para shohabat, dan khalifah-khalifah selanjutnya itulah yang bernama Daulah Khilafah Rasyidah. Yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya lagi adalah sudah sejauhmanakah yang telah kita lakukan untuk memperjuangkan agama Allah ini? Maukah kita mati dalam keadaan membangkang perintah Allah SWT? Ataukah kita ingin menjadi bagian dari para pejuang Islam lainnya sehingga kita mati dalam keadaan memperjuangkan hukum-hukum Allah SWT? Ingatlah bahwa Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104).
Dan Rasulullah SAW bersabda : “Siapa saja yang bangun pagi dan hanya memperhatikan masalah dunianya maka orang tersebut tdiak berguna disisi Allah.... Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum Muslim maka ia tidak termasuk golongan mereka.” (HR. Ath-Thabrani dari Abu Dzar al-Ghifari).
Marilah kita renungkan bersama, mumpung Allah SWT masih memberikan kita kesempatan hidup sampai saat ini. Jangan kita sia-siakan hidup kita !
Wassalamuálaikum Wr. Wb.
SEMOGA BERMANFAAT DAN DAPAT DIDAKWAHKAN
Sumedang, 26 Agustus 2011
Ricky Aditya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kritikan dan saan yang Anda berikan